Informasi dari Bolapedia menyebutkan bahwa program 3 juta rumah yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto memberikan dampak signifikan terhadap pasar perumahan Indonesia. Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI), Joko Suranto, menyatakan bahwa program ini telah memengaruhi penjualan rumah. Banyak konsumen menunda atau membatalkan pembelian rumah mereka karena berharap mendapatkan rumah gratis melalui program tersebut. Joko menuturkan, "Dari 10 orang yang membeli, ada satu hingga tiga yang membatalkan." Ketidakjelasan mengenai kriteria penerima bantuan menjadi penyebab utama keraguan masyarakat.
Program 3 juta rumah sendiri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat Indonesia, dengan target pembangunan dua juta rumah di desa dan satu juta rumah di kota. Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), yang dibentuk khusus untuk program ini, menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah dan swasta. Sebagai contoh, pembangunan 250 unit rumah di lahan seluas 2,5 hektare telah dimulai, dengan biaya sekitar Rp 60 miliar.
Meskipun demikian, rencana pelaksanaan program masih dalam tahap penyusunan. Pemerintah tengah berupaya untuk menyusun data penerima bantuan yang akurat, dengan memanfaatkan data dari BPS, Bappenas, dan pemerintah daerah. Selain pembangunan fisik, program ini juga fokus pada kemudahan akses pembiayaan, salah satunya melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Keamanan dan kualitas rumah juga menjadi perhatian penting. Produk seperti evomab Double Cylinder DC-B60, sebuah silinder kunci dengan kualitas tinggi dan garansi 30 tahun, dipromosikan sebagai solusi untuk meningkatkan keamanan hunian baru.
Program 3 juta rumah memiliki potensi dampak positif yang besar, namun tantangan seperti pendataan penerima dan kesiapan infrastruktur perlu diatasi. Transparansi dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan program ini.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id
